Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SPO Manajemen Nyeri

Standar Prosedur Operasional
Manajemen Nyeri

Menyiapkan pasien dan keluarga tentang strategi mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.

Tujuan
Memfasilitasi pasien untuk tindakan pengurangan nyeri.

Kebijakan
Sesuai Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Nomor 102 Tahun 2018 Tentang Keseragaman Pelayanan.

Prosedur
1. Melakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi.
2. Melakukan tatalaksana sesuai dengan mekanisme nyerinya.
3. Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal: farmakologi, non farmakologi dan interpersonal) untuk memfasilitasi penurunan nyeri).
4. Mengajarkan tekhnik penggunaan nonfarmakologi (misal: relaksasi, guide imagery, terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, terapi dingin / panas dan pijatan).
5. Menjelaskan tentang penggunaan analgetik untuk penurun nyeri yang optimal.
6. OAINS efektif untuk nyeri ringan-sedang, opioid efektif untuk nyeri sedang-berat.
7. Mulailah dengan pemberian OAINS / opioid lemah (langkah 1 dan 2) dengan pemberian intermiten (pro re nata-prn) opioid kuat yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
8. Jika langkah 1 dan 2 kurang efektif / nyeri menjadi sedang-berat, dapat ditingkatkan menjadi langkah 3 (ganti dengan opioid kuat dan prn analgesik dalam kurun waktu 24 jam setelah langkah 1).
9. Penggunaan opioid harus dititrasi. Opioid standar yang sering digunakan adalah morfin, kodein.
10. Jika pasien memiliki kontra indikasi absolut OAINS, dapat diberikan opioid ringan.
11. Jika fase nyeri akut pasien telah terlewati, lakukan pengurangan dosis secara bertahap.
12. Evaluasi  keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang dilakukan dengan pengkajian terus menerus terhadap pengalaman nyeri.
13. Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien.
14. Dorong istirahat yang adekuat / tidur untuk memfasilitasi penurunan nyeri.
15. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri sesuai keperluan.
16. Beri informasi yang akurat untuk mendukung pengetahuan keluarga dan respon untuk pengalaman nyeri.
17. Melibatkan keluarga dalam mobilitas penurunan nyeri, jika mungkin pantau kepuasan pasien dengan manajemen nyeri pada rentang spesifik.
18. Pasien dipulangkan segera setelah nyeri dapat teratasi dan dapat beraktivitas seperti biasa / normal.
19. Pemilihan medikasi analgesik bergantung pada kondisi pasien. 

Unit Terkait
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Unit Rawat Inap Umum
3. Unit Rawat Jalan
4. Unit Perawatan Kritis (HCU)
5. RB